Khamis, 27 Jun 2013

KISAH ISTERI BERHENTI KERJA.


Salam kasih sayang buat sahabat semua. Semoga kisah kali ini memberi keinsafan kepada kita betapa pentingnya kita memuliakan suami kita dalam kehidupan kita ini. Kerana dengan keredhaan suami, keselesaan suami yang kita berikan kepada suami sangat membawa berkah dalam kehidupan kita suami isteri.

Fahamilah apa yang Allah mahu kita 'buat' sebenarnya.

Kisah ini asalnya dalam Bahasa mudah Indonesia, jadi saya terjemahkan dengan izin Annisa Azka Abiyyah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kisah Istri Berhenti Bekerja

Di sunting dari cerita ,Annisa Azka Abiyyah,



Bismillah..



Semoga dapat diambil manfaatnya oleh saudari-saudari muslimahku..



(KISAH)



Suatu petang, aku menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini selepas solat asar. Tiba-tiba ada seorang wanita datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan bertanya. “ Adik sudah kahwin ?”

“Belum kak ”, jawabku. Kemudian kakak itu bertanya lagi , “kenapa? ” hanya mampu ku jawab dengan senyuman, ingin ku jawab karena masih belajar, tapi rasanya itu bukan alasan.



“Kakak tunggu siapa?” aku cuba bertanya. “ Tunggu suami ” jawabnya. Aku melihat disebelah kirinya, sebuah beg laptop dan sebuah beg besar lagi yang tak dapat ku tahu apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, d ari mana kakak ini? Sepertinya wanita yang bekerjaya. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya



“ Kakak kerja dimana?”, Entahlah keyakinan apa yg meyakiniku bahwa kakak ini seorang pekerja, padahal setahu ku, wanita-wanita seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai surirumah sahaja.



“Alhamdulillah 2 jam yang lalu akak rasmi tidak bekerja lagi ” , jawabnya dengan wajah yang aneh bagiku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.



“kenapa? ” tanyaku lagi.



Dia hanya tersenyum dan menjawab, “ karena inilah satu-satunya cara yang boleh membuat saya lebih hormat kepada suami ” . jawabnya tegas.



Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Hairan. Lagi-lagi dia hanya trsenyum.



Adik, boleh akak cerita sikit? Dan saya berharap ini boleh menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh seorang lelaki solih yang sangat mencintai akhirat.



“Saya bekerja di pejabat, mungkin tak perlu saya sebutkan nama pejabatnya. Gaji saya sangat lumayan setiap bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, ais cendol di siang hari. Kami berkahwin baru 3 bulan, dan semalam untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya.”

'' Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari pejabat, hari ini lewat pulang kerja, biasanya jam 3 petang sudah balik. Saya penat sekali dik. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya juga sakit. Dan parahnya saya juga pening kepala . Suami minta diambilkan air minum, tapi saya berkata, “abi, umi pening nih, ambil sendiri lah”.

"Pening kepala membuat kan saya tertidur hingga lupa solat isyak. Jam 11.30pm saya terbangun dan cepat-cepat solat, Alhamdulillah sakit kepala hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan lenanya. Menuju ke dapur, saya lihat semua pinggan mangkuk sudah bersih dicuci.
Siapa lagi yang membersihkannya kalau bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah dicuci. Astagfirullah, kenapa abi sanggup buat semua ini? Bukankah abi punsakit kepala semalam?"

"Saya segera masuk ke kamar, berharap abi sedar dan mahu menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu penat, hingga tak sedar juga. Rasa hiba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya."

"Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menites, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”



Subhanallah, aku melihat kakak ini cerita dengan semangatnya, membuta hati ini tersentuh. Dan kulihat juga ada titisan air mata yg di usapnya.


“ Adik tau berapa gaji suami akak ? Sangat berbeza jauh dengan gaji saya. 10x ganda dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa derhaka kepada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata, “ umi, ini ada rezeki dari Allah, ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudahan umi redha ”, begitu katanya. " Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya



“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, sa ya lebih menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan kerana harta juga wanita sering lupa kudratnya, dan mudah saja memperlekehkan suami.” Lantutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.



“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah ibubapa saya, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena ibubapa dan saudara-saudara saya tidak ada yang menyokong niat saya untuk berhenti kerja . Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”



Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah,,apa aku boleh seperti dia? Menerima apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.




Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.




“Kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kena kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang perlukan pekerjaan. Nah kakak pulak nak berhenti kerja. Suami kakak pun pendapatannya sikit. Lainlah kalau suami kakak orang kaya, bolehlah kita santai-santai saja di rumah. Salah kakak juga , kalau nak jadi surirumah nikahlah dengan orang yang kaya. Kahwin dengan doktor muda yang melamar kakak dulu ke.. Tapi kakak lebih memilih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya pendapatan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantu pun tak mau, naik hairan aku, apa mahunya suami kakak itu”.



“Adik tau, saya hanya mampu menangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap titis keringat suami saya, padahal dengan titisan keringat itu, Allah memandangnya mulia.




" Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud di malam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada ibubapa saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapnnya hanya karena sebuah pekerjaaan."




" Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya."




" Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga redho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu."




" Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika adik mendapatkan suami seperti saya, adik tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami adik pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya dik, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rezki yang haram."


Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil beg laptopnya,, bergegas ingin meninggalkanku. Kulihat dari kejauhan seorang lelaki sedang menunggang motor mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helmet, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu redho.



Ya Allah….



Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.



Pelajaran yang membuatku menghapus bayangan lelaki kaya yang ada dalam benakku..



Subhanallah..



S

emoga,,pekerjaan,, harta tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya.

UJIAN DIKALA SENANG.

Ujian di kala ''susah'' tak sesukar ujian di kala ''senang''.

Waktu kita 'susah' kita banyak ingat Allah, waktu kita 'senang' kita banyak lalai dalam mengingati Allah.



Kalau kita sekarang diuji dengan 'kesusahan' bersyukurlah, kerana dalam pada itu

kita selalu mengadu kepada Allah, kita lebih dekat dengan Allah sebab kita rasa susahnya nak hadapi hidup ini.

Nanti suatu masa Allah uji kita dengan 'kesenangan' belum tentu kita dapat hadapinya, belum tentu 'hati' kita sekuat sepertimana saat kita diuji dengan kesusahan sebab Allah akan uji pula kita dengan penyakit 'lalai'. Apabila kita dah senang kita terlalu asyik dengan hidup senang, kita kurang masa mengadu dengan Tuhan, kurang masa meminta-minta dengan Dia.

Jadi jangan pula kita fikir orang yang hidup 'senang' tidak teruji sebab selagi kita hidup di dunia ujian Allah tidak akan pernah berhenti. Tidak lain tidak bukan Allah SWT mahu melihat sejauh mana Imaan kita kepadaNya.

Sebenarnya susah atau senang, semua itu tidak boleh membahagiakan kecuali dengan ada imaan dan taqwa yang benar kepada Cinta ter Agung kita yakni Allah SWT.

Moga kita semua terus mujahadah lagi dan lagi hingga ke syurga Allah. Terus usaha lagi dan lagi atas imaan kita yang kadang-kadang 'on' adakalanya 'off'. Jangan sampai imaan kita 'in' dan 'out'.
Nauzubillah.

Allah Cinta Agung kita!

wallahu'alam.

NuurMuslimatusySyaheedah 26/6/2013.

KISAH MANGKUK CANTIK, MADU DAN SEHELAI RAMBUT.



   Rasulullah SAW bersama sahabat-sahabatnya Abu Bakar r.a., ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali, isterinya, Sayidatina Fatimah r.anha., puteri Rasulullah SAW menghidangkan mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik.
Semasa menghidangkannya, terdapat sehelai rambut di dalam salah sebuah mangkuk itu. Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya agar membuat suatu perbandingan terhadap ketiga-tiga benda tersebut – mangkuk yang cantik, madu dan sehelai rambut.

Abu Bakar r.a. berkata:
“Iman itu lebih cantik daripada mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis daripada madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah daripada meniti sehelai rambut.”

Osman r.a. berkata:
“Ilmu itu lebih cantik daripada mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis daripada madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Ali r.a. berkata:
“Tamu itu lebih cantik daripada mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis daripada madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Fatimah r.a. berkata:
“Seorang wanita itu lebih cantik daripada sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang berpurdah itu lebih manis daripada madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tidak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit daripada meniti sebuah rambut.”

Rasulullah SAW bersabda:
 “Seorang yang mendapat taufik untuk beramal adalah lebih cantik daripada mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis daripada madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Malaikat Jibril a.s. berkata:
“Menegakkan tiang-tiang agama itu lebih cantik daripada sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta dan waktu untuk urusan agama lebih manis daripada madu dan mempertahankan urusan agama sampai akhir hayat lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Allah SWT berfirman:
“Syurga-Ku itu lebih cantik daripada mangkuk yang cantik itu, nikmat Syurga-Ku itu lebih manis daripada madu, dan jalan menuju Syurga-Ku adalah lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Subhanallah! sungguh indah perumpamaan ini, tersurat dan tersirat, bukan semua orang boleh faham.

Wallahua'lam.

JOm Baca Lagi! (^__^)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


Catatan Popular